The process of developing a children story book based on Indonesian folklore
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_fed21cd64b6e4d4f8d73175df62b4594~mv2.jpg/v1/fill/w_980,h_1470,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_fed21cd64b6e4d4f8d73175df62b4594~mv2.jpg)
Research
Bawang Merah Bawang Putih Story
Alkisah, pada dahulu kala di sebuah desa yang asri, hiduplah sepasang ayah dan anak perempuannya. Anak perempuan itu bernama Bawang Putih. Dia tidak hanya memiliki paras yang cantik, tetapi juga hati dan sikap yang sangat baik.
Kehidupan Bawang Putih mulai berubah ketika ayahnya memutuskan untuk menikahi seorang wanita yang telah memiliki anak bernama Bawang Merah. Seolah bertolak belakang dengan Bawang Putih, Bawang Merah merupakan anak perempuan yang tidak sopan, gampang marah, dan selalu bersikap jahat kepada Bawang Putih. Begitu pula, sang ibu tiri. Ia selalu bersikap pilih kasih dan lebih menyayangi Bawang Merah.
Meskipun begitu, Bawang Putih tidak pernah membenci ibu dan saudara tirinya. Dia selalu bersikap baik dan mematuhi segala perintah mereka.
Pada suatu hari, Bawang Putih menghadapi masalah besar karena ia menghayutkan salah satu baju milik ibu tirinya ketika mencuci pakaian di pinggir sungai. Bawang Putih menyusuri setiap sisi sungai untuk menemukan keberadaan baju ibu tirinya itu.
Bawang Putih takut, jika ia tidak menemukannya, ibu tirinya pasti akan sangat marah. Pencarian tersebut berakhir ketika Bawang Putih menemukan seorang wanita tua yang berhasil menyelamatkan baju itu sehingga tidak hanyut bersama arus sungai. Namun, wanita tua itu memberikan syarat kepada Bawang Putih agar membantu pekerjaannya.
Dengan senang hati, Bawang Putih membantu seluruh pekerjaan wanita tua itu. Bawang Putih berterima kasih karena wanita tua telah menyelamatkan baju milik ibu tirinya. Sebelum pulang ke rumah, Bawang Putih ditawari labu oleh wanita tua itu. Bawang Putih diharuskan untuk memilih di antara labu berukuran besar dan labu berukuran kecil. Tidak perlu berpikir lama, Bawang Putih memilih labu berukuran kecil.
Sesampainya di rumah, alangkah terkejutnya Bawang Putih saat membelah buah labu pemberian wanita tua. Ternyata, buah labu kecil itu berisikan emas dan perhiasan yang berkilau-kilau. Ibu tiri dan Bawang Merah ikut terkejut melihat Bawang Putih bisa mendapatkan labu berisi emas dan perhiasan. Mereka menyuruh Bawang Putih untuk menceritakan cara ia mendapatkan labu ajaib itu.
Pada keesokan harinya, Bawang Merah melakukan hal yang persis sama dengan cerita dari Bawang Putih. Akan tetapi, ketika ditawarkan labu oleh wanita tua itu, Bawang Merah memilih labu berukuran besar.
Di perjalanan pulang, Bawang Merah sangat bahagia. Dia membayangkan bahwa labu berukuran besar itu berisikan emas dan perhiasan yang jauh lebih banyak daripada milik Bawang Putih.
Ibu tiri menyambut dengan tidak kalah bahagia Bawang Merah yang telah sampai di rumah. Mereka berdua sangat bersemangat untuk mebelah buah labu itu. Namun, selanjutnya hal yang tidak terduga terjadi. Bukannya berisi emas dan perhiasan yang lebih banyak, labu berukuran besar yang dipilih oleh Bawang Merah ternyata berisikan ular-ular berbisa.
Ibu tiri dan Bawang Merah berteriak ketakutan. Bawang Putih segera membantu mereka mengusir ular-ular berbisa itu. Setelah ular-ular berbisa itu pergi dari rumah mereka, Bawang Putih dengan tulus memberikan emas dan perhiasan yang ia temukan di dalam buah labu kecil.
Atas kebaikan Bawang Putih serta kejadian buruk yang menimpa mereka, Ibu Tiri dan Bawang Merah meminta maaf kepada Bawang Putih. Keduanya akhirnya menyadari kesalahan mereka dan berjanji tidak akan bersikap jahat lagi kepada Bawang Putih.
Ceritapun selesai dan berakhir bahagia.
Bawang Merah dan Bawang Putih is a popular Indonesian legend originating from Riau. The story tells about two beautiful step sisters who lives with their evil Step Mother. Bawang Putih lived as a slave, while Bawang Merah lived is forced to be an obedient pet to her own Mother.
Story Message:
This story teaches young children that greediness will present our life with more issues. Being a nice and giving person will attract good people towards us. While this story shares a similar theme with Cinderella, Bawang Merah dan Bawang Putih showcases more of Indonesia's cultural aspect.
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_91022c4647b5499782ecf07e2c2fff07~mv2.png/v1/fill/w_980,h_750,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_91022c4647b5499782ecf07e2c2fff07~mv2.png)
Si Kancil dan Siput Story
Di dalam hutan, Si Kancil yang terkenal licik berjalan-jalan untuk minum di tepi sungai
Di suatu hari yang cerah, terdapat seekor binatang yang terkenal sangat licik di dalam hutan, yaitu adalah Si Kancil. Pada hari itu, Kancil sedang bersantai di bawah pohon besar dengan hembusan angin sepoi-sepoi yang membuat Kancil menjadi mengantuk.
Untuk mengusir rasa kantuknya, ia akhirnya memutuskan untuk jalan-jalan menelusuri hutan. Sambil berjalan, Kancil membusungkan dadanya dan berkata, "Siapa di hutan ini yang tidak mengenalku. Si pintar, si cerdik yang banyak akal. Setiap masalah pasti dapat ku selesaikan dengan mudah,” kata Si Kancil.
Setelah berjalan cukup jauh, akhirnya ia sampai di tepi sungai. Kancil pun segera minum untuk menghilangkan rasa hausnya sambil terus berkata-kata memuji dirinya sendiri.
Kancil bertemu dengan seekor Siput, ia pun mengatakan Siput memiliki tubuh yang kecil dan lelet Tanpa Kancil sadari, ternyata ia sedang diperhatikan oleh seekor Siput yang sedang duduk di balik sebuah batu besar pinggir sungai. Karena mendengar ucapan Kancil Siput itu pun berkata,
"Hei Kancil, asyik sekali kau ku lihat berbicara sendiri, ada apa? Apa kamu sedang bergembira ya?" tanya Siput pada Kancil.
Kancil pun mendengar suara Siput dan mencari-cari asal suara tersebut, ia pun menjawab, “Oh hai! ternyata kau Siput, sudah lama ya kau memperhatikanku ternyata? Sedang apa kau disana Siput? Meratapi dirimu yang kecil dan lelet ya? Hahahahaha," jawabnya.
Karena tak terima dengan ucapannya, Siput menantang Kancil untuk lomba adu lari. Siput pun terkejut dengan jawaban Kancil yang menghinanya dan membuatnya marah. Lalu Siput pun membalas ucapan Kancil. "Hai Kancil! Aku tahu, kau memang terkenal binatang yang sangat cerdik dan cepat sedangkan diriku terkenal binatang yang sangat lambat berjalannya. Tapi kali ini aku sangat marah mendengar perkataanmu tadi dan aku menantangmu untuk lomba adu lari," ujar Siput.
Mendengar tantangan dari Siput, Kancil pun menerima tantangannya karena ia tahu Siput tak akan mungkin mengalahkan dirinya. Hingga akhirnya mereka setuju lomba tersebut diadakan keesokan harinya.
Siput meminta tolong teman-temannya untuk mengelabui Si Kancil saat perlombaan esok harinya Di tempat lain, Siput sadar bahwa dirinya tak mampu mengalahkan Kancil. Siput akhirnya meminta tolong teman-temannya untuk membantunya dengan sebuah cara. Saat lomba dimulai, semua teman-teman Siput agar bersembunyi di jalur lomba yang akan mereka lalui. Teman-teman Siput harus muncul ketika mendengar suara Si Kancil dari kejauhan, sehingga Kancil akan mengira Siput akan selalu berada di depannya.
Hari perlombaan pun tiba!
Seluruh penghuni hutan menyaksikan perlobaan tersebut sampai suasananya pun sangat ramai. Mereka semua ingin mengetahui apakah Siput dapat mengalahkan Si Kancil yang terkenal cerdik dan sombong itu?
Dengan angkuhnya Si Kancil berlari dengan cepat, namun ternyata sudah ada Siput di depannya
Saat lomba dimulai, dengan angkuhnya Kancil langsung berlari dengan sangat cepat, ia pun tertawa sambil berkata:
"Hahahahaha selamat tinggal Siput lelet, aku tunggu kau di garis finish nanti," ucapnya dengan sombong.
Setelah ia berlari meninggalkan Siput cukup jauh di belakangnya, Kancil justru sangat terkejut karena ia melihat di depannya ada Siput yang sedang berjalan dengan santai.
Yang sebenarnya itu adalah teman-teman Si Siput yang telah mendengar suara Kancil dari kejauhan dan mereka keluar dari persembunyiannya guna mengelabui Si Kancil.
Kancil dengan cepat melewatinya, tetapi selalu ada Siput di depannya hingga membuat Kancil kewalahan. Karena merasa dikalahkan, Kancil pun dengan cepat melewati Siput tersebut, dan kejadian itu terus berulang hingga membuat Si Kancil menjadi kewalahan dan kelelahan karena Siput selalu berada beberapa Langkah di depan Kancil.
Ketika Si Kancil hampir tiba di garis finish, ternyata Siput sudah mendekati garis finish terlebih dahulu dan membuat Si Kancil berpikir.
Mengapa Siput yang seharusnya sudah ia tinggalkan jauh di belakang, tapi Siput itu malah terus berada di depannya dan sampai ke garis finish terlebih dahulu.
Kancil terkejut dirinya kalah dengan Siput.
Kancil tidak menerima kekelahannya
Lalu sesampainya di garis finish Kancil pun berkata,
"Tidak Mungkin! Bagaimana bisa kau lebih dulu sampai, padahal aku berlari sangat kencang meninggalkan kau jauh dibelakangku," ujar Si Kancil yang tak menerima kekalahannya.
Kancil tidak mau kalah dengan seekor Siput yang kemarin ia ejek di sungai.
"Sudahlah Kancil akui saja kekalahan dirimu," jawab Siput dengan santai.
Si Kancil menjadi heran dan masih belum dapat percaya kalau dirinya berhasil dikalahkan oleh hewan yang sering ia ejek "kecil dan lelet" tersebut.
Siput memberikan pesan pada Si Kancil hingga membuat Kancil merasa menyesal dan malu
Si Kancil yang masih terheran-heran hingga tidak bisa mengucapkan apa pun, lalu tiba-tiba Siput pun berkata,
"Sudahlah Kancil, tidak usah sedih. Aku tidak ingin hadiah apa-apa dari kamu. Aku hanya ingin kau tahu, janganlah menjadi sombong dengan kelebihan yang kau miliki. Semua makhluk hidup mempunyai kelebihan dan kekurangannya masing-masing, jadi jangan suka menghina dan menyepelekan makhluk hidup yang lainnya," ujar Siput.
Setelah menyelesaikan ucapannya Siput pun pergi menyelam kedalam sungai dan tinggalah Si Kancil yang menyesal dan malu karena kalah dalam lomba lari dengan Siput.
Story Message:
This story tells about how we shouldn't be a person who's arrogant and overly proud of ourselves
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_a04d581b8a1a4093b882de1703b6581b~mv2.png/v1/fill/w_980,h_325,al_c,q_85,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_a04d581b8a1a4093b882de1703b6581b~mv2.png)
Timun Mas Gin Subiharso
Cerita dimulai dengan kisah seorang janda tua bernama Mbok Srini, yang kesepian dan mengharapkan kehadiran anak. Ia berharap ada keajaiban yang bisa mewujudkan keiginannya tersebut.
Lalu di suatu malam, ia bermimpi didatangi raksasa yang memberikan pesan untuk mengambil bungkusan yang ada di bawah pohon besar, yang katanya adalah jawaban dari harapannya.
Percaya tidak percaya, Mbok Srini kemudian mendatangi hutan dan melihat pohon yang persis seperti di dalam mimpinya. Benar saja, di sebuah lubang ditemukan sebuah bungkusan yang sangat kecil. Penasaran, Mbok Srini membuka bungkusan tersebut dan ternyata isinya adalah sebuah biji timun.
Tiba-tiba terdengar suara keras dan menyeramkan. Sang raksasa yang ada di mimpinya benar-benar hadir dihadapannya.
Singkat cerita Mbok Srini membuat kesepakatan dengan raksasa tersebut, untuk menanam biji timun yang diberikannya. Nantinya, akan ‘lahir’ seorang anak perempuan yang bisa menemani Mbok Srini dalam waktu tertentu, sebelum kemudian diambil oleh raksasa.
Setelah dirawat dengan baik, tanaman tersebut tumbuh dan benar-benar ‘melahirkan’ seorang anak perempuan cantik. Anak ini diberi nama Timun Mas. Timun Mas sendiri kemudian dirawat dan dibesarkan dengan baik serta penuh kasih oleh Mbok Srini.
Tak terasa waktu yang disepakati Mbok Srini dan raksasa telah dekat. Raksasa hadir kembali di mimpinya untuk menagih janji Mbok Srini untuk mengembalikan Timun Mas.
Mbok Srini yang terlanjur mengasihi Timun Mas tidak rela anaknya itu diambil oleh raksasa, dan mencari cara untuk menyelamatkan Timun Mas. Bantuan tiba dalam bentuk seorang petapa yang memberikan empat bungkusan. Bungkusan ini berisi senjata yang bisa digunakan melawan raksasa, dan bisa digunakan oleh Timun Mas.
Tak berapa lama raksasa mendatangi gubuk milik Mbok Srini, dan meminta TImun Mas untuk ikut dengannya. Mbok Srini dan Timum Mas bersepakat bahwa keduanya akan berpisah, Mbok Srini menghadapi raksasa dan Timun Mas lari sejauh mungkin. Tidak berhasil mengalihkan perhatian raksasa, Mbok Srini tersungkur tak berdaya dihadapan raksasa yang marah.
Raksasa kemudian mengejar Timun Mas. Satu per satu senjata yang diberikan oleh petapa tersebut dikeluarkan untuk menghalau raksasa. Senjata pertama adalah biji timun, yang ketika dilemparkan membuat area di belakangnya ditumbuhi tanaman timun yang begitu banyak, hingga membelit raksasa dan menghambatnya. Sialnya cara pertama ini gagal dan raksasa terus mengejarnya.
Kedua, ia melemparkan jarum yang ia pegang dalam bungkusan. Jarum tersebut berubah jadi hutan bambu yang runcing dan melukai raksasa. Kembali, cara yang digunakan ini masih gagal.
Pada bungkusan ketiga, Timun Mas melemparkan garam ke tanah dibelakangnya. Raksasa yang makin murka tak peduli, dan mendadak terjebak di dalam lautan luas. Sial, raksasa masih bisa melewati halangan ini.
Senjata pamungkas yang dimilikinya adalah terasi, yang ketika dilemparkan membuat area di sekitarnya menjadi lautan lumpur yang begitu pekat. Raksasa akhirnya terjebak dan tidak lagi bisa mengejar Timun Mas. Ia selamat, dan kembali berkumpul dengan Mbok Srini dan hidup bahagia hingga akhir waktu.
Story Message :
The love of a mother is limitless. and any hard work we put in will always be rewarding.
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_c575c50e75464f9db3182b73b32d030e~mv2.png/v1/fill/w_980,h_600,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_c575c50e75464f9db3182b73b32d030e~mv2.png)
Story of Choice: Bawang Merah Bawang Putih
Story Summary :
In a small village, lived a young girl named Bawang Putih. Bawang Putih was delivered to this world by her now deceased Mother and Father. However, before her Father passed he remarried with an evil wretch who's live only consist of manipulating and taking people's wealth. Bawang Putih's step mother often treats her as a slave. Her daughter, Bawang Merah could only sit in pity of Bawang Putih. The evil step mother's cruel actions would only then stop after Bawang Putih's encounter with a wise old woman. The heart of gold would never conceal the truth.
Concept:
A photo based story book
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_c1e95bbfc7e64bdda93a7d4e1c28d86e~mv2.png/v1/fill/w_980,h_539,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_c1e95bbfc7e64bdda93a7d4e1c28d86e~mv2.png)
CHARACTER DESIGN
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_0a76bcbbfc674ca6b308eda8d342ec94~mv2.png/v1/fill/w_980,h_693,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_0a76bcbbfc674ca6b308eda8d342ec94~mv2.png)
Story concept:
SYMBOLISM OF THE SCARF: The scarf is the symbolism of the Step Mom's abusive control in power over Bawang Putih. When she lost her Mother's scarf, it symbolizes that karma does happen and her Step Mother will slowly reach further away as Bawang Putih found a new hope. As the scarf also leads Bawang Putih to the old wise one whom will turn her life upside down.
EDITORIAL APPROACH: The photography will have a more indirect meaning, a dreamy feel, encouraging the readers to see why the characters poses a certain way and arranged in a certain position.
Approach:
Having indirect meaning from photography, encouraging readers of all ages to focus on the details and using their imagination to see the hidden meanings
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_34d9d652606140e8a60ae512fa0d58d0~mv2.png/v1/fill/w_718,h_978,al_c,q_90,enc_auto/55ae8a_34d9d652606140e8a60ae512fa0d58d0~mv2.png)
FLATPLAN
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_f7b8b72e738b4803b5ff993a6005041f~mv2.png/v1/fill/w_980,h_703,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_f7b8b72e738b4803b5ff993a6005041f~mv2.png)
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_76affeeb7a994837b75e34996df14283~mv2.png/v1/fill/w_980,h_670,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_76affeeb7a994837b75e34996df14283~mv2.png)
Software used:
Adobe Indesign (compiling images, layouting)
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_fb102623b435450ead5f6723ada81290~mv2.png/v1/fill/w_980,h_613,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_fb102623b435450ead5f6723ada81290~mv2.png)
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_07a17291714e4a26977562910f9431ce~mv2.png/v1/fill/w_980,h_613,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_07a17291714e4a26977562910f9431ce~mv2.png)
2. Lightroom (color grading and editing each image)
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_312dce7a663b48bf82d8b28fe0744578~mv2.png/v1/fill/w_954,h_560,al_c,q_90,enc_auto/55ae8a_312dce7a663b48bf82d8b28fe0744578~mv2.png)
Color Grading Comparison
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_0bab8ee0ad9c40be930be11ae751b108~mv2.png/v1/fill/w_710,h_544,al_c,q_90,enc_auto/55ae8a_0bab8ee0ad9c40be930be11ae751b108~mv2.png)
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_55ebad831f80405b8f1440c1e9d997a3~mv2.png/v1/fill/w_720,h_546,al_c,q_90,enc_auto/55ae8a_55ebad831f80405b8f1440c1e9d997a3~mv2.png)
darker tones, a more yellow hue and saturated red.
BOOK MOCKUP
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_cf7fee8572b844dcb14b447498f9bd32~mv2.png/v1/fill/w_980,h_689,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_cf7fee8572b844dcb14b447498f9bd32~mv2.png)
![](https://static.wixstatic.com/media/55ae8a_42d7b307b2354e92bb77d368e1531a15~mv2.png/v1/fill/w_980,h_688,al_c,q_90,usm_0.66_1.00_0.01,enc_auto/55ae8a_42d7b307b2354e92bb77d368e1531a15~mv2.png)
READ FULL BOOK AT
Comments